Sabtu, 14 Juni 2014




 http://cdn.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2014/03/07/332412/670x335/pembunuhan-ade-sara-jadi-perbincangan-hangat-mahasiswa-ubm-rev-1.jpg



Pembunuhan sadis terhadap Ade Sara Angelina Suroto menjadi perbincangan hangat dalam sepekan terakhir. Mayat Ade Sara ditemukan di ruas tol lingkar luar Jakarta (JORR) di sekitar Km 41 Bintara, Bekasi Barat, Rabu (5/3/2014) sekitar pukul 06.30 WIB.
Petugas mengungkap identitas korban bernama Ade Sara Angelina Suroto kelahiran 21 Juli 1995 berdasarkan cek sidik jari yang terlacak melalui KTP elektronik. Tersangka pembunuh Ade Sara yakni pasangan kekasih Hafitd dan Syifa.
Kepergian Ade Sara Angelina Suroto sangat mendadak. Bahkan sang ayah, Suroto tak memiliki firasat apapun bahwa anaknya akan pergi secepat itu. Termasuk saat terakhir kali ia mengantar Sara dan ibunya ke stasiun Klender, Jakarta Timur.
Ade Sara menurut Suroto masih memiliki beberapa permintaan yang belum sempat ia penuhi. Hari Sabtu, pria yang aktif sebagai pelayan gereja ini dititipi pesan agar laptopnya diinstall perangkat yang ia perlukan untuk skripsinya kelak.
Tapi, karena hari itu orang yang akan dimintai tolong sedang sibuk di gereja, ia urung menyampaikan pesan putrinya tersebut. Selain itu, ada juga benda yang diidam-idamkan Sara namun belum bisa ia berikan.
“Dia pengin kamera SLR, tapi harganya mahal, kisarannya sekitar Rp 4-5 juta, karena terlalu mahal dia pengin beli sepeda saja karena pengin sepedaan dicar free day. Sebenarnya itu uang dia sendiri, dia ikut arisan, terus kalau kurang dia minta nanti ditombokin,” kata Suroto kepada Detikcom, Rabu (12/3/2014).
Seorang tetangga Suroto, Ibu Yuli membenarkan bahwa Sara ikut arisan bersama ibu-ibu di komplek rumahnya. Sara ikut arisan dengan menggunakan uang sakunya sendiri sebesar Rp 250.000 sebulan.
Mahasiswi di UBM itu sedianya akan menarik uang arisan pada bulan depan. “Baru saja kemarin itu dia bilang bisa foya-foya nih kalau narik Rp 2.750.000. Tapi dia bilangnya sambil bercanda karena anaknyaenggak boros,” kata Yuli kepada Detikcom.
Yuli, yang setiap hari berdagang jus buah dan mi instan itu mengatakan, Sara kerap main ke rumahnya. Selain ngobrol, Sara juga paling suka memesan mi goreng dan jus strawberry racikan Yuli.
Minuman itu adalah favoritnya dan sesekali kalau bosan, ia ganti dengan teh botol pakai es batu. “Yang unik dia tak pernah mau pakai susu. Kalau pesan teh botol dia mintanya dua, satu buat dia satu buat papanya,” kata dia.
Ade Sara yang Juli nanti genap berusia 19 tahun tewas pada Rabu (5/3) pekan lalu oleh dua sahabat karibnya, Ahmad Imam Al Hafitd, 19 tahun dan Assyifa Ramadhani, 19 tahun. Dia disiksa dengan keji oleh Hafitd, dan Syifa Kedua pelaku adalah teman SMA Sara. Bahkan Hafitd adalah mantan kekasih Sara.
Hafitd dan Syifa sempat menjalin hubungan asmara selama lebih dari setahun ketika masih sekolah di SMA 36 Jakarta. Namun saat kuliah, hubungan mereka mulai renggang hingga akhirnya putus.
Kisah yang awalnya sangat manis berujung pada penghilangan nyawa dengan cara yang keji, pada Senin 3 Maret lalu. Mayat Sara dibuang dan baru ditemukan pada Rabu pagi di Jalan tol Jakarta Outer Ring Road Klometer 41 arah Cikunir, Bekasi.
Keinginan Ade Sara untuk memiliki kamera SLR, dan sepeda yang akan digenjot di arena car free day tak sempat terwujud.
Dikutip dari Solopos.com

Kalau menurut pendapat saya, kejadian itu tidak perlu terjadi. Perbuatan Hafitd dan Syifa sudah sanagat kelewat batas, Karena setiap masalah bisa diselesaikan dengan kepala dingin. Mungkin saja si pelaku sudah terlalu kesal dengan si korban maka si pelaku melakukan perbuatan tersebut tanpa pikir panjang dan apa akibat mereka bila melalukan pembunuhan pada si korban. Saya sempat berpikir juga, kalau pembunuhan itu sudah direncanakan sebelumnya. Tindakan si pelaku dijejaring sosial juga tidak begitu sopan, seakan-akan mereka senang sudah melakukan pembunuhan tersebut.
Jadi, kita harus berpikir dulu sebelum bertindak. Itu catatan dari saya. Wasallam..

0 komentar:

Posting Komentar